$Story$ Murid dan Guru


Seorang murid datang kepada gurunya. Dengan wajah yang muram dan tak bersemangat, murid itu menceritakan berbagai masalah yang tengah ia hadapi kepada sang guru. Banyak sekali keluh dan kesah yang ia bagi. Dimatanya dunia seakan mau runtuh dan tak lagi berwarna. Hatinya penuh sesak oleh perasaan-perasaan gundah dan gelisah, murid itu seperti tenggelam oleh keputusasaan yang menggunung.

Kepada gurunya yang sangat ia hormati sang murid berkata

“Wahai guru... aku datang kepadamu demi mengharap sebuah pencerahan yang kuharap bisa mengurangi bebanku. Aku lelah dengan berbagai masalah yang tengah melandaku. Serupa ribuan ujung mata tombak yang di hujamkan ke dadaku, masalah bertubi-tubi datang silih berganti. Mengapa tuhan tidak memberiku sedikit saja waktu untuk sekedar bernafas lega”

Sang mursyid tidak langsung menjawab, malah tersenyum dan menepuk pundak muridnya yang sedang resah menunggu kira-kira apakah gerangan yang akan di katakan oleh gurunya itu. Dengan senyuman lembut nan meneduhkan sang guru mulai berbicara.

“nak... sebelum aku memberikan jawaban atas pertanyaanmu tadi. Coba kau ambil segelas air dan satu sendok garam”

Segera sang murid berlalu dari hadapan sang guru dan kembali membawa segelas air dan sesendok garam yang diminta. “ini guru, aku sudah kembali dengan membawa segelas air dan satu sendok garam yang kau maksud.”


Sang guru mempersilakan murid duduk berhadapan dengannya, lantas memerintahkan ia untuk menuangkan satu sendok garam yang dibawa tangan kanannya ke dalam gelas berisi air di tangan kirinya, untuk kemudian di aduk sampai larut.

Segera murid melaksanakan perintah gurunya itu tanpa banyak bertanya-tanya lagi. Kemudian sang guru menyuruh meminum air yang telah bercampur garam tadi kepada murid.

Belum di minumnya seteguk, hanya beberapa bagian lidah yang terbasahi oleh air garam tersebut. Sang murid meringis seraya berujar “asin guru...” guru pun terkekeh dan kembali menepuk pundak muridnya “tentu saja nak, air itu sudah tercampur dengan garam yang membuat rasanya menjadi asin”
kata sang guru masih dengan terkekeh melihat raut wajah muridnya yang meringis keasinan.

Lalu murid pun bertanya “ apa maksudnya guru memerintahkan aku membawa segelas air dan sesendok garam untuk kemudian meminumnya?”

Guru menjawab “ ayo nak, mari ikut aku. Tapi sebelumnya ambilah sesendok garam lagi dan bawalah”

Tak lama kemudian kedua orang murid dan guru itu telah sampai di sebuah tepian danau tak jauh dari rumah sang guru.
Indah sekali danau itu, nampak sekali di sana air jernih yang memantulkan sinar matahari siang yang kekuningan. Di tepian danau itu terdapat pohon-pohon pinus yang tegak tertanam dan teratur berjajar rapi mengelilinginya. Burung-burung berkicau riang hinggap di antara dahan dan ranting dari satu pohon ke pohon yang lain. Sungguh menyejukkan suasana di tepian danau nan indah itu.

Mata sang guru nampak menebar pandangan ke sekeliling seperti mencari sesuatu yang hendak dipergunakan untuk duduk. Dan berhenti pada sebuah batu yang agak datar, dan Ia pun memulai bicara.

“nak sekarang coba tebarkan garam yang kamu bawa itu ke atas danau lalu minumlah air dari danau ini”

Sang murid melakukan perintah gurunya, menebar garam di atas danau lantas dengan kedua tangan ia berkali-kali meneguk air danau sampai puas, hingga hilang rasa asin yang sedari tadi ia tahan untuk tidak memuntahkannya di depan sang guru yang sangat ia segani tersebut. “ah... segar guru” kata murid itu kepada gurunya.

Guru kembali terkekeh,
kemudian dengan pandangan kasihnya kepada murid, sang guru menjelaskan perihal pertanyaan yang di ajukan kepadanya

“Nak. Itulah yang menjadi jawaban, masalah dalam hidup tak ubahnya dengan sesendok garam, tak lebih dan tak kurang. Hanya sesendok garam. Masalah yang di hadapi oleh setiap manusia di dunia ini bergantung pada sebesar apa hatinya. Jika kita ibaratkan hati ini seperti sebuah gelas dan danau. yang perlu engkau lakukan ialah, berhentilah menjadi gelas. Karena di dalam gelas yang berukuran kecil sesendok garam akan terasa sangat asin. Jadilah danau yang lebih luas dan menampung banyak air, sehingga sesendok garam itu takkan terasa keasinannya.”


~_~ dari ini ~_~  ♥♥♥••ﷲ••♥♥♥

Tidak ada komentar: